STUDI MODERASI BERAGAMA: Mengaca Rintisan Moderasi Ala Mantan Kakan Kemenag Tator, H. Muhammad

Salewangang Ilmu Maros-Nicodemus Biringkanae, berkata:
"Pelaksanaan STQH di Tator ini adalah gambaran moderasi beragama sesuai tema Budaya Toraja adalah Perekat Bangsa'

Berikut Pengalaman penulis saat menjadi utusan reportase Kemenag Maros empat tahun silam, banyak hal menjadi bahan evaluasi dan acuan untuk mengawal moderasi yang digaungkan Kemenag Kabupaten Maros.

"Budaya Sebagai Alat Perekat Bangsa. BELAJAR TOLERANSI ALA TATOR PADA PENUTUPAN STQH XXXI TINGKAT PROV SULSEL TAHUN 2019.

Demikian bunyi tema pada penutupan acara STQH ke-31 tingkat provinsi itu.

Sebagaimana pada saat pembukaan, Kegiatan Seleksi Tilawatil Qur’an dan Hadist (STQH) ke 32 Tingkat Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2019 ditutup pada Sabtu malam (22/3/2019) di Bundaran Plaza Kolam Makale oleh Bupati Tana Toraja, Nicodemus Biringkanae. Pada kegiatan pembukaan, dibuka oleh Wakil Gubernur Sulsel saat itu, Andi Sudirman Sulaiman pada Selasa, 23 April 2019.

STQH XXXI tingkat Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2019 ini diikuti oleh 130 peserta dan 2.465 anggota Kafilah dari 24 Kabupaten/Kota se Sulawesi Selatan.

Nicodemus Biringkanae, yang menutup kegiatan ini menyatakan pelaksanaan STQH tahun ini berlangsung tertib dan sukses karena didukung oleh berbagai unsur dan lapisan strata social termasuk keberagaman kepanitiaan ditinjau segi keagamaan. “Pelaksanaan STQH di Tator ini adalah gambaran moderasi beragama sesuai tema Budaya Toraja adalah Perekat Bangsa”, ujarnya.

Prosesi Pelaksanaan STQH efektif terlaksana dengan baik yang manurut Kepala Kementrian Agama (Kemenag) Tana Toraja, H Muhammad mengatakan panitia lokal STQH se Sulsel Sekitar 70 persen panitia didominasi dari non muslim ada dari para pendeta, pastor, Tokoh Agama dan jajaran pemerintah Kabupaten Tana Toraja.

Yang menarik adalah hampir seluruh kegiatan lomba dilaksanakan gedung Gereja misalnya, Aula Pdt. J. Linting yang terletak di Kantor Pusat Badan Pekerja Sinode (BPS) Gereja Toraja Wilayah III Makale, yang sebelumnya digunakan untuk acara-acara gerejawi dan sosial, mulai Rabu, 24 April-Jumat, 26 April 2019, kemudian digunakan untuk tempat lomba Tahfidz, Tafsir Bahasa Arab, dan Hafalan Hadits.

Selain di Gedung BPS Gereja Toraja Wilayah III Makale, lomba lainnya juga dilaksanakan di Aula Gereja Katolik Paroki Makale.
Menurut Ketua Panitia STQH XXXI yang juga Kepala Bappeda Tana Toraja, Yunus Sirante, menyatakan, ada empat lokasi yang digunakan oleh panitia dan peserta selama empat hari penyelenggaraan acara. Diantaranya, Aula kantor BPS Gereja Toraja Wilayah III Makale, Aula Gereja Katolik Makale, Masjid Raya Makale, dan panggung utama di Plaza Kolam Makale.

Acara penutupan STQH dengan Tema Budaya Toraja Perekat Bangsa ini dimeriahkan oleh penampilan beberapa paduan suara, grup drum band dan kolaborasi seni daerah lainnya.

 Maraji':
~ Kebenaran Mutlak, Dr. Ir. Husaini Ismail
- Tuhan Untuk Semua Agama, Riki Saputra
- Pluralitas dan Pluralisme Agama, Dr. M Legemhause
- Toraja, Tongkonan dan Kerkunan,

Penulis: Syamsir Nadjamuddin, S. Ag
( Penghulu, Praktisi Tarekat, Budayawan dan Seniman )

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Khutbah Jum'at Syamsir N || Menyembelih Binatang Diri Dengan Hakikatil Muhammadiyah

RASIONALITAS KURBAN: Hancurkan Berhala Cintamu Itu: Sembelilah Dia

MENDEDAH PERNIKAHAN DUA PENGHULU AGUNG: Penghulu Para Washy & Penghulu Wanita Seluruh Alam