MENGGAUNG MODERASI BERAGAMA KAB MAROS RAJUT UKHUWAH
Salewangang Ilmu Maros-Gaung Moderasi Beragama semangkin bergema di bumi Salewangang yang ber-ibu kota Turikale ini.
Seluruh stakeholder kementerian agama kabupaten Maros bekerja keras memodifikasi bentuk maupun cara aktifitas penyuluhan penyuluhan dan pembinaan untuk mensosialisasikan moderasi beragama.
Usaha tersebut semangkin membuahkan hasil meski kontrol dan evaluasi tetap diupayakan oleh para pemeran serta, perintis dan penggerak moderasi, agar program tersebut tetap raut, bertahan dan terus berlanjut.
Beberapa contoh yang menunjukkan tingkat keberhasilan dengan pendekatan secara sosiologis adalah pembentukan Kampung Moderasi beragama di Pusat Kota Turukale Maros begitu pula Sulo moderasi keagamaan dan kerumahtanggaan telah diupayakan oleh para Penghulu KUA di tingkat kecamatan. Di samping itu aktifitas bina keagamaan oleh para penyuluh agama di daerah terpencil seperti Tompobulu, masjid-masjid maupun di Lembaga Pemasyarakatan
Hal yang sangat menarik, Dr. H. Muhammad, M. Ag selaku kepala kantor kementerian agama kabupaten Maros yang dengan gigih melatari hampir seluruh orasinya menggaungkan moderasi beragama ini. Orasi demi orasi dengan bahasa dan istilah sederhana di tingkat audiens berbeda, mulai dari tingkat pejabat pemerintah, tokoh agama, tokoh adat, di hadapan jamaah ketika khotbah di masjid serta di sekolah-sekolah negeri maupun swasta, pesantren maupun madrasah.
Selain menjadi alat ukur tingkat pemahaman metode bagi para pemeran moderasi, sosialisasi ini juga sebagai alat memantik secara berkala atas efektifitas pengenalan warga masyarakat di seluruh strata sosial terhadap moderasi. Artinya sejauh mana keberhasilan fahaman moderasi beragama bagi warga masyarakat juga bergantung pada tingkat fahaman para stakeholder dan para pengembang moderasi atas metohode pathologi sosialnya.
Fakta yang bisa mendukung ini adalah apa yang dilakukan oleh Kakan Kemenag Maros, Dr. H. Muhammad, MA yang dengan bahasa santun dan sinergis telah banyak menampilkan istilah dan bahasa yang mengandung nilai moderasi, toleransi dan kebhinnekaan di hampir semua kegiatan keagamaan.
Seiring menggaungnya istilah moderasi, Kementerian agama Maros juga merepresentasikan pola sikap dan pemahaman tentang pluralisme keberagamaan.
Untuk yang satu ini, tentunya menjadi batu asah dan batu uji para stakeholder Kemenag untuk menjadikan sebagai bahan Revitalisasi bahagian dari Warisan Budaya dan peradaban Nusantara.
Dalam hal ini Kemenag Maros melalui Kakan kemenag telah menyampaikan pentingnya memahami kultural pluralisme keberagamaan.
Dalam amanatnya pada upacara Hari Hari Kesadaran Nasional 17 Oktober 2023, Kakan Kemenag Maros, mengatakan bahwa semua agama yang ada di Indonesia itu adalah punya Tuhan. Kehadiran para penyuluh agama non muslim di Kemenag Maros juga menjadi asset moderasi.
Sebagai tidak lanjut pemantapan khazanah moderasi, Kakan Kemenag Maros siap mengutus para kepala KUA dan penyuluh untuk studi moderasi beragama di Tanah Toraja
Dalam sambutan pada acara hari santri nasional, 22/10/2023, Kakan kemenag juga menyampaikan bahwa
Kementeria Agama Maros saat ini tengah menggalakkan sosialisasi moderasi beragama.
Moderasi beragama saat ini lanjutnya sudah memasuki tataran Zamannya pluralisme dalam keberagamaan dengan tetap menjaga kerukunan dan silaturahim sebagai bentuk implementasi dari moderasi beragama
Bentuk infuls lain untuk memodifikasi moderasi beragama adalah ketika Kakan Kemenag maros menyampaikan sambutan dan taushiyah sekaligus, pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di MTsN 1 Maros pada ( 19/10/23 ). Kakan Kemenag saat itu mengatakan penting dan harus menghadirkan lingkungan moderasi di setiap sekolah karena dari situ anak diajarkan Bagaimana bertoleransi, hidup rukun dengan agama yang berbeda serta tidak memaksahkan kehendak kepada yang berbeda kepercayaan dan agama, "Kita punya satu tuhan, untuk semua agama,, kata Kakan Kemenag
Marajai:
~ Kebenaran Mutlak, Dr. Ir. Husaini Ismail
- Tuhan Untuk Semua Agama, Riki Saputra
- Pluralitas dan Pluralisme Agama, Dr. M Legemhause
Penulis: Syamsir Nadjamuddin, S. Ag
( Penghulu, Praktisi Tarekat, Budayawan dan Seniman )
Komentar
Posting Komentar