Geddong Massobbue /Apa itu Nama?

Salewangang Ilmu Maros-Dalam istilah urafa, setiap kali kita mengiktibarkan zat dengan suatu sifat tertentu yang merupakan suatu tajalli dari tajalli-tajalli wujud maka mereka menyebutnya dengan nama (ism), seperti Ar-Rahman dan Ar-Rahim. Sementara sifat-sifat yang dalam zat yang merupakan suatu kondisi dan suatu tajalli dari-Nya, seperti rahmat dan ilmu, mereka menamakannya dengan sifat. 
Jadi, apa yang filosof sebut dengan sifat, di sisi urafa disebut dengan nama. Yakni nama dalam pandangan urafa adalah derivasi yang mana terdiri dari zat dengan sifat.

 Filosof menyebut ‘alim adalah sifat, sementara urafa menyebutnya nama.   
Dengan itu, nama-nama adalah realitas-realitas eksternal. Sementara lafazh-lafzh adalah nama-namanya nama-nama (asmaul asma).
Yang dimaksud dengan nama-nama Ilahi yang tidak terhitung, adalah nama-nama-Nya yang terdiri dari nama-nama universal dan nama-nama partikular. Bukan hanya 99 nama-nama yang disebutkan dalam riwayat, yang mana ini adalah nama-nama universal dan terbatas hitungannya. Akan tetapi, nama-nama partikular lah yang tidak terbatas jumlahnya.
Hak Swt secara maqam zat gaibul guyub tidaklah menginginkan mazhar dan penjelmaan, akan tetapi asmaul husna yang secara zat dan hakikat menghendaki manifestasi dan tajalli supaya menjelmalah cahaya-cahaya-Nya yang tersembunyi dan rahasia-rahasia-Nya yang tersimpan yang diungkapkan dengan firman-Nya dalam hadits qudsi:
کنت کنزا مخفیا
“Aku adalah perbendaharaan tersembunyi”  

ان يرى اعيانها، و ان شئت قلت: ان يرى عينه فى كون جامع يحصر الامر كلّه لكونه متصفا با لوجود

Menyaksikan nama-nama tersebut dalam perwujudan eksternal, dan jika kamu inginkan, katakanlah: Tuhan hendak menyaksikan diri-Nya dalam satu entitas paling universal, yang mana dalam entitas itu terdapat seluruh hakikat-hakikat alam. Karena ia adalah makhluk sempurna yang tersifati dengan wujud.

Di sini kata a’yaan bisa dimaksudkan entitas-entitas tetap yang merupakan bentuk-bentuk nama-nama Ilahiyah dalam hadhrat ‘Ilmiyah, bisa juga nama-nama itu sendiri (asmaul husna), dan bisa juga yang dimaksudkan adalah entitas-entitas eksternal.
Karena itu Syekh kemudian berkata: dan jika kamu inginkan, katakanlah: Tuhan hendak menyaksikan diri-Nya (hakikat Hak sendiri) dalam satu entitas komprehensip. Sebab seluruh hakikat-hakikat nama-nama dalam hadhrat ahadiyah identik dengan zat dan bukan selainnya, dan dalam hadhrat wahidiyah identik dengan zat dari satu sisi dan selain zat dari sisi lain.  
Kaun Jami’ (most universal being) dalam hal ini adalah Insan kamil yang disebut dengan Adam. Entitas Insan Kamil ini yang dapat menjadi representasi tajalli sempurna hakikat Hak Swt. Adapun entitas-entitas lain dari alam, tidak memiliki potensi dan kapasitas demikian ini. Rahasia dalam kehendak Hak ini, Ia menyaksikan zat-Nya dan kesempurnaan-kesempurnaan zat-Nya yang disebut dengan nama-nama (al-asma), serta mazhar-mazhar nama-nama ini seluruhnya dalam zat-Nya dengan zat-Nya pada hadhrat Al-Awwal dan Al-Batin secara keseluruhan dalam ketunggalan. Maka Ia berkehendak menyaksikannya dalam hadhrat Al-Akhir dan Az-Zahir demikian juga, supaya terjelma kesesuaian Al-Awwal dan Al-Akhir serta Al-Batin dan Az-Zahir, dan seluruhnya kembali kepada aslinya. Dalam artian segala sesuatu menuntut kesempurnaan dirinya, sementara kesempurnaan segala sesuatu adalah aslinya. Karena itu, segala sesuatu mencari asli baginya dan kembali kepadanya.

Penulis: Ust Syamsinar Nurdin, P.hD
Suntingan: Syamsir Nadjamuddin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Khutbah Jum'at Syamsir N || Menyembelih Binatang Diri Dengan Hakikatil Muhammadiyah

RASIONALITAS KURBAN: Hancurkan Berhala Cintamu Itu: Sembelilah Dia

MENDEDAH PERNIKAHAN DUA PENGHULU AGUNG: Penghulu Para Washy & Penghulu Wanita Seluruh Alam