Bias Maulid (2) MENEMUI MUHAMMAD DALAM SIKKIRI ASERAKA Karena Dalam Hati Kami Ada Rumah Muhammad."
Salewangang Ilmu Maros-Aseraka aaleba hayyaderun aa, aalaaina fahayyahtangafa haa te Emmi iyyi inhu, dst
Ungkapan tersebut adalah salah satu rangkaian kalimat bait syair dalam kitab Maulid Syarafil Anam. Kalimat itu diucapkan dengan nagham tertentu sesuai dengan tradisi adat istiadat budaya lokal, seperti kalangan suku Bugis-Makassar pada umumnya. Syair tersebut dilagukan saat berdiri mengucapkan sanjungan, puja dan pujian pengagungan kepada Rasulullah Muhammad Saw yang disebut محل القيام ( Mahallulqiyam )
Penggalan bait itu selengkapnya sebagai berikut
ﺃَﺷﺮَﻕَ ﺍﻟﺒَﺪْﺭُ ﻋَﻠَﻴْﻨَﺎ - ﻓَﺎﺧْﺘَﻔَﺖْ ﻣِﻨْﻪُ ﺍﻟﺒُﺪُﻭْﺭُ
"Bulan purnama telah terbit menyinari kami, pudarlah purnama purnama lainnya."
ﻣِﺜْﻞَ حُسْنِك ﻣَﺎ ﺭَﺃَﻳْﻨَﺎ - ﻗَﻂُّ ﻳَﺎ ﻭَﺟْﻪَ ﺍﻟﺴُّﺮُﻭْﺭِ
"Belum pernah aku lihat keelokan sepertimu wahai orang yang berwajah riang." ( كتاب مجموعة مولد وادعيه / Kumpulan Maulid dan Doa-Doanya hal. 124 )
Ungkapan tersebut tidak lain karena adanya ekspresi rasa cinta yang mendalam kepada Baginda Nabi SAW
Seorang penulis Best Seller Ekspresikan Cintamu ( Belajar dari Kecerdasan 99 Nam Nabi SAW ) Sulaiman Al Kumayi menulis bahwa, rasa cinta yang sangat mendalam kepada Nabi Muhammad Saw diungkapkan dengan cara yang
beraneka ragam. Bagi para pencinta Nabi lanjutnya, ungkapan ungkapan cinta itu memberikan berkah dan bahkan menjadi obat yang sangat manjur. Al-Bushiri, misalnya, sembuh dari kelumpuhan
berkat mimpi bertemu Nabi Saw.
Dilaporkan, dalam tidurnya, Al-Bushiri mimpi bertemu Nabi
Muhammad Saw. Beliau melepaskan Jubah (Burdah)-nya dan memakaikannya kepada Al-Bushiri. Ketika ia bangun dari mimpinya, ia menemukan dirinya sudah sembuh. Sebagai tanda
syukurnya kepada Allah dan rasa terima kasih kepada Nabi, ia kemudian menyusun syair burdah yang melukiskan sifat-sifat Nabi Muhammad. Dalam syair Burdah-nya, khususnya bait ke-56, Al-
Bushiri dengan sangat indah melukiskan Nabi Muhammad Saw sebagai berikut:
Kelembutan hatinya ibarat bunga
Keagungannya ibarat bulan purnama
Dan keberaniannya ibarat ombak samudera
Dan ia ibarat semua waktu yang berkumpul pada satu titik."
Puisi-puisi atau syair-syair pujian yang ditujukan kepada
Nabi hampir terdapat di seluruh negeri Islam. Kumpulan-kumpulan syair pujian kepada Nabi ini terhimpun dalam karya-karya terkenal dan sudah sangat populer di kalangan umat Islam, diantaranya, Qishshat Al-Maulid An-Nabawi (Cerita tentang Kelahiran Nabi) karya Ja'far Al-Madani Al-Barzanji, seorang khatib Masjid Nabawi di Madinah (w. 1177 H/1763 M). Karya ini lebih dikenal dengan sebutan Al-Barzanji.
Pada bulan Rabi' Al-Awwal, bulan ketiga Hijriah, sebagian umat Islam, termasuk di Indonesia, membaca Al-Barzanji
bersama-sama dengan karya-karya lain yang sejenis seperti Al-Burdah dan Diba' merupakan sebuah keharusan. Dalam membaca Al-Barzanji dan sejenisnya ini dimasukkan juga berbagai ritus yang bisa bercorak gerakan, improvisasi pembacaan dan penyediaan materi-materi tertentu.
Al-Barzanji dibaca tiap
malam sebulan penuh berpindah-pindah dari satu rumah ke rumah yang lain, dari satu mushalla ke mushalla yang lain dalam suatu lingkungan kelompok Muslim. Tujuan utamanya adalah sebagai ekspresi kecintaan dan meminta berkah dari pembacaan itu.
Dalam beberapa kasus, sebenarnya sebahagian para pembaca "kitab-kitab" tersebut sama sekali tidak mengerti artinya, namun ketika bertemu dengan bait-bait tertentu tidak jarang ada yang menangis. Ini memang cukup unik!
Tampaknya, keindahan bait syair dan rasa cinta yang menfalam kepada Nabi itu telah menembus batas-batas bahasa. Para pembacanya larut dalam-meminjam kata-kata Rumi-"keriangan
spiritual", sehingga mereka seolah-olah berhadapan langsung dengan sang Nabi. Fenomena ini dengan sangat tepat digambarkan oleh seorang penyair Afrika Timur dalam permulaan syair maulidnya:
Sekali melangkah ke maulid
Beradalah kita dalam gairah-gairah surgawi.
Para pemikir muslim modern, seperti dalam tulisan-tulisan
penyair-filsuf Indo-Pakistan Muhammad Iqbal, menyajikan
pujian-pujian penghormatan luar biasa kepada Nabi. Dalam karya
terkemuka Iqbal, Asrar-i Khudi, kaum Muslimin dan Nabi
dilukiskan dengan sangat tepat: "Dalam hati kaum Muslimin ada
rumah Muhammad." Pernyataan ini mengingatkan kita pada firman Allah dalam hadis qudsi: "Hanya hati orang-orang berimanlah yang mampu menampung-Ku."
Penulis : Syamsir Nadjamuddin, S. Ag
Giat: Penghulu, Budayawan, Seniman dan Praktisi Tarekat
Komentar
Posting Komentar