Moderasi Adalah Wasit Dalam Prilaku Wasath


Salewangang Ilmu Maros
- Dalam sebuah sinopsis Karya Ilmiah berjudul MODERASI BERAGAMA, Muhammad Yahya T berkata: 'Moderasi beragama adalah jalan tengah di tengah keberagaman beragama. Wajah moderasi beragama nampak dalam hubungan harmoni antara agama dan kearifan lokal (local value). Local Value lanjut Penghulu Professional Kemenag Maros ini adalah sebagai warisan budaya Nusantara, mampu disandingkan secara sejajar sehingga antara spirit agama dan kearifan budaya berjalan seiring, tidak saling menegasikan.

Kepala KUA Kec. Cenrana ini menambahkan bahwa dengan Moderasi Beragama inilah yang menggambarkan wajah agama di Indonesia dipandang sangat tepat diterapkan dalam konteks heterogenitas budaya di kawasan ASEAN maupun dunia. Di samping itu Peran pemerintah dalam membangun moderasi beragama dan menjaga kebersamaan ummat juga sangat penting sehingga seluruh elemen harus mengambil bagian dalam tugas tersebut'.

Dalam bahasa Arab, moderasi dikenal dengan kata wasath atau wasathiyah, yang memiliki padanan makna dengan kata tawassuth (tengah-­tengah), i’tidal (adil), dan tawazun (berimbang).

Orang yang menerapkan prinsip wasathiyah bisa disebut wasith.

Dalam bahasa Arab pula, kata wasathiyah diartikan sebagai “pilihan terbaik”. 

Apa pun kata yang dipakai, semuanya menyiratkan satu makna yang sama, yakni adil, yang dalam konteks ini berarti memilih posisi jalan tengah di antara berbagai pilihan ekstrem.

Kata wasith bahkan sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kata 'wasit' yang memiliki tiga pengertian, yaitu: 

1) penengah, perantara (misalnya dalam perdagangan, bisnis); 

2) pelerai (pemisah, pendamai) antara yang berselisih; dan 

3) pemimpin di pertandingan.

Menurut para pakar bahasa Arab, kata wasath itu juga memiliki arti “segala yang baik sesuai dengan objeknya”.

 Misalnya, kata “dermawan”, yang berarti sikap di antara kikir dan boros, atau kata “pemberani”, yang berarti sikap di antara penakut (al-jubn) dan nekad (tahawur), dan masih banyak lagi contoh lainnya dalam bahasa Arab. 

Mengenai posisi umat Islam di'antara umat-umat selebihnya, secara jelas al-Qur'an menetapkan dan mengidentikkan dan tentu saja sekaligus bermakna sebagai perintah mereka sebagai ummatan wasathan, umat-pertengahan, umat yang moderat.

Al-Qur'an menarasikan: 

“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) ummatan wasathan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu “ (QS al-Baqarah [Z]: 143) 

Dalam tradisi kenabian, Nabi Muhammad Saw. pernah mendefinisikan dan mencirikan risalah yang dengannya ia diutus.

Jabir meriwayatkan Nabi bersabda: “Aka diutus dengan membawa agama yang lurus lagi toleran, atau (dalam Dalam kesempatan lain‚ Ibn Mas’üd dan Jäbir ibn “Abdullah melaporkan, suatu ketika Rasulullah Saw. membuat garis dengan tangan beliau sendiri. 
“Inilah jalan Allah yang lurus," komentar Nabi setelahnya. Kemudian beliau membuat garis lagi di tepi kanan dan kirinya.
“Inilah jalan-jalan (yang lain). Tidak satu j0alan pun darinya, kecuali terdapat setan yang menyeru kepadanya,” komentar Nabi menyusul. 

Kemudian beliau membaca ayat, “Dan sungguh, inilah jalan-Ku yang lurus. Maka ikutilah! ]angan kamu ikuti jalan-jalan (yang lain) yang akan mencerai-beraikan kamu dan' jalan-Nya" (QS al-An’am [6]: 153). 

Garis yang dipilih oleh Sang Nabi bukanlah yang kanan maupun kiri, namun yang diapit keduanya: garis tengah. Secara simbolik, ini sekaligus mempertegas narasi di atas bahwa watak dasar Islam yang sejati adalah moderasi, tengah-tengah. 

Bukan hanya dalam persoalan-persoalan profan duniawi, bahkan dalam aktivitas ibadah yang amat sakral sekalipun‚ Nabi melarang ekstremisme. 

Lagi-lagi kita dapati moderasi sebagai watak dasar Islam. Kisah tentang tiga pemuda yang ingin beribadah secara total beribadah selamanya‚ berpuasa seumur hidup, dan tidak menikah namun justru dilarang oleh Nabi Muhammada itu sangat populer. 

Penulis: Syamsir Nadjamuddin, S. Ag ( Penghulu, Seniman, Budayawan & Intelektual Muda Maros )

Maraji' : 
- Moderasi Beragama, Lukman Hakim
- Moderasi Beragama, Muhammad Yahya T
- Islam Tuhan, Islam Manusia, Haidar Baqier

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Khutbah Jum'at Syamsir N || Menyembelih Binatang Diri Dengan Hakikatil Muhammadiyah

RASIONALITAS KURBAN: Hancurkan Berhala Cintamu Itu: Sembelilah Dia

MENDEDAH PERNIKAHAN DUA PENGHULU AGUNG: Penghulu Para Washy & Penghulu Wanita Seluruh Alam